Big Mac, salah satu makanan asing
yang tidak asing lagi terdengar karena kelezatannya. Akan tetapi jangan salah,
big mac ini bukanlah sebuah makanan biasa. Makanan ini dapat mengindikasikan
perekonomian sebuah perusahaan. Salah satu produk burger yang disajikan oleh
restoran siap saji McDonalds ini, yang dijual di hampir seluruh negara di dunia
dimana McD berada. McD mempunyai 32.000 restauran yang tersebar di lebih dari
120 negara yang ada di dunia, dan 80% dari jumlah restaurant tersebut menjual
big mac burger. Selain itu, big mac burger terbuat dari bahan baku yang realtif
sama, hanya saja berbeda bentuk dan sedikit bahan yang berbeda yang telah
disesuaikan dengan budaya atau selera dari pasar di Negara restauran McD
tersebut berada. Dengan begitu harga produk big mac burger tersebut akan
tersaji dalam banyak
mata uang lokal. Hal-hal tersebutlah yang menjadi
alasan mengapa big mac burger menjadi standard perekonomian suatu Negara dimana restoran McD tersebut
menyajikan produk-produknya. Tak pernah terbayang sebelumnya bukan?
Standar Ekonomi yang
diidentifikasi dari sebuah burger tersebut akhirnya dikenal dengan nama Big Mac
Index atau dikenal juga burgernomics yang diperkenalkan oleh The Economist pada tahun 1986 untuk memulai fitur tahunan membandingkan
harga dari sandwich Big Mac tersebut. Dengan tersajinya
daftar harga big mac di berbagai negara tersebut, sebagai latihan lidah-di-pipi menjelaskan valuasi mata uang relatif. Sebuah
indeks yang sama diterbitkan secara berkala oleh perusahaan keuangan UBS. Big
Mac Indeks ini adalah analisis yang menganut pada prinsip ekonomi Purchasing
Power Parity agar lebih mudah untuk diidentifikasikan.
“Hukum satu harga” adalah prinsip
dasar dari teori PPP, yang menyatakan bahwa harga sebuah komoditas tertentu
harus sama di semua Negara apabila sudah dikonfersikan sesuai dengan nilai
tukar dari masing-masing mata uang. Apabila hal tersebut tidak berjalan maka akan
muncul arbitrase. Misalkan, sebuah komoditas biji wijen itu dijual lebih murah
di Indonesia dibandingkan dengan negara lain, seorang pedagang cerdik akan
membeli biji wijen di Indonesia dan akan
menjualnya di negara lain yang harga jualnya lebih tinggi. Hal tersebut akan mendorong penjualan biji wijen yang lebih tinggi di negara Indonesia
karena harganya lebih rendah dan penjualan lebih rendah di negara yang harganya tinggi sampai tidak ada peluang untuk
mendapatkan keuntungan. Pada
dasarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga tersebut seperti biaya transportasi, pajak dan tarif yang berbeda-beda pada setiap
negara. Proses tersebut akan mendorong harga di berbagai negara menjadi berbeda
harganya ketika dinyatakan dalam mata uang yang sama untuk
disetarakan.
Konsep
yang ada pada PPP adalah memperluas hukum satu harga untuk menutupi
kelompok komoditas yang dapat diperdagangkan. Jika
hukum satu harga berlaku maka untuk masing-masing komponen keranjang pasar
barang, PPP menunjukkan bahwa harga barang “bundel” harus sama dari satu negara dengan negara
lainnya. Di
Indonesia “bundle” ini kemungkinan terkenal disebut dengan 9 bahan pokok yang
kemungkin akan bervariasi di seluruh dunia tergantung
pada budayanya. Terkadang, kesenjangan harga dari barang
“budle” tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu termasuk biaya transportasi, hambatan perdagangan, pajak dan bahkan
perbedaan selera. Pada
kasus burger big mac yang ada pada kasus diatas tersebut juga terdapat
penyimpangan terhadap PPP. Sandwich burget
tersebut disiapkan dan dilayani oleh pekerja lokal,
di restoran yang juga dibangun dan dipelihara oleh tenaga kerja dalam negeri dimana restaurant
tersebut berada. Oleh
karena itu tingkat upah lokal merupakan salah satu faktor dalam biaya total dalam
pelayanan produk burger big mac. Selain
itu, tingkat pendapatan daerah juga pasti akan mempengaruhi permintaan untuk produk McD.
Ilustrasi tersebut diatas sesuai
juga dengan teori yang dihasilkan oleh Balassa-Samuelson, yang menjelaskan
bahwa penyimbangan PPP berhubungan dengan perbedaan produktifitas dari masing-masing
negara. Ada beberapa asumsi dalam teori ini, yaitu:
-
Suatu perekonomian memproduksi dua jenis barang yakni traded dan
non-traded.
-
Sektor non-traded lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan
traded.
-
Harga barang traded dan suku bunga ditentukan di pasar
international.
-
Jumlah capital stock tidak berubah untuk satu periode ke depan dan
tenaga kerja merupakan faktor produksi yang mobile antar sektor di satu negara
tetapi tidak secara international.
Dengan adanya
teori dan asumsi yang dihasilkan oleh Balassa, maka muncul teori baru yang
dikembangkan oleh Cobb-Douglas. Dalam teori tersebut dijelaskan bakwa jika sector
trade lebih produktif dari non trade maka harga relative sector non-trade akan
naik yang kemudian meningkatkan harga (secara keseluruhan). Karena harga traded
ditentukan oleh pasar international maka peningkatan produktifitas sektor
traded tidak mempengaruhi peningkatan harga traded. Akan tetapi peningkatan
produktifitas akan mendorong kenaikan upah di sektor traded tanpa membahayakan
kekompetitifan sektor traded. Keseimbangan tingkat upah akan sama baik di
sektor traded dan non-traded sehingga peningkatan upah di sektor traded akan
meningkatkan upah di sektor non-traded. Meskipun tidak ada peningkatan
produktifitas di sektor traded akan tetapi harga non-traded akan tetap naik. Sehingga
peningkatan produktifitas di sektor traded akan meningkatkan harga non-traded
yang kemudian meningkatkan inflasi total. Dalam perekonomian dua negara,
perbedaan produktifitas di sektor traded akan mendorong kenaikan harga. Perbedaan
harga tersebut ditentukan oleh perbedaan harga barang non-traded diasumsikan
PPP berlaku bagi barang traded.
PPP dapat juga sebagai property jangka
panjang untuk menentukan harga international, apabila terjadinya perbedaan
harga antara Negara-negara yang sama akan cenderung menghilang dari waktu ke
waktu. Hal tersebut juga dikemukakan oleh seorang peneliti dari Universitas Georgetown,
Robert Cumby. Yang menemukan bahwa penyimpangan dari harga Big
Mac dari PPP bersifat sementara, dengan penyesuaian berlangsung melalui kedua
perubahan nilai tukar dan harga mata uang lokal.
Bagi negara-negara di mana harga setara dolar lebih rendah dari harga US, dolar memiliki daya beli relatif tinggi, yang berarti bahwa mata uang lokal
undervalued relatif terhadap dolar. Negara-negara
dengan harga dolar lebih tinggi setara Big Mac memiliki mata uang yang
overvalued.
Dari kasus burger big mac dan
kajian teori diatas maka didapat sedikit ulasan untuk pemahaman PPP dengan
penggunaan burger sebagai patokannya. Dibawah ini adalah daftar harga dari
burger big mac pada restaurant McD di beberapa negara.
Big Mac Prices Around the World (Burgernomics)
Country
|
Big Mac
Price (Local Currency) |
Exchange
Rate (Local Currency/Dollar) |
Big Mac
Price (Dollars) |
Net Hourly
Wage (Dollars) |
Minutes of
Work to Buy a Big Mac |
Argentina
|
4.1
|
2.88
|
1.42
|
1.7
|
50
|
Australia
|
3
|
1.61
|
1.86
|
7.8
|
14
|
Brazil
|
4.55
|
3.07
|
1.48
|
2.05
|
43
|
Britain
|
1.99
|
0.63
|
3.14
|
12.3
|
15
|
Canada
|
3.2
|
1.45
|
2.21
|
9.35
|
14
|
Chile
|
1,400.00
|
716
|
1.96
|
2.8
|
42
|
China
|
9.9
|
8.28
|
1.2
|
2.4
|
30
|
Czech. Rep.
|
56.57
|
28.9
|
1.96
|
2.4
|
49
|
Denmark
|
27.75
|
6.78
|
4.09
|
14.4
|
17
|
Hong Kong
|
11.5
|
7.8
|
1.47
|
7
|
13
|
Hungary
|
490
|
224
|
2.19
|
3
|
44
|
Indonesia
|
16,100.00
|
8,740.00
|
1.84
|
1.5
|
74
|
Japan
|
262
|
120
|
2.18
|
13.6
|
10
|
Malaysia
|
5.04
|
3.8
|
1.33
|
3.1
|
26
|
Mexico
|
23
|
10.53
|
2.18
|
2
|
65
|
New Zealand
|
3.95
|
1.78
|
2.22
|
6.8
|
20
|
Peru
|
7.9
|
3.46
|
2.28
|
2.2
|
62
|
Philippines
|
65
|
52.5
|
1.24
|
1.2
|
112
|
Poland
|
6.3
|
3.89
|
1.62
|
2.2
|
44
|
Russia
|
41
|
31.1
|
1.32
|
2.6
|
30
|
Singapore
|
3.3
|
1.78
|
1.85
|
5.4
|
21
|
South Africa
|
13.95
|
7.56
|
1.85
|
3.9
|
28
|
South Korea
|
3,300.00
|
1,220.00
|
2.7
|
5.9
|
27
|
Sweden
|
30
|
8.34
|
3.6
|
10.9
|
20
|
Switzerland
|
6.3
|
1.37
|
4.6
|
17.8
|
16
|
Taiwan
|
70
|
34.8
|
2.01
|
6.9
|
17
|
Thailand
|
59
|
42.7
|
1.38
|
1.7
|
49
|
Turkey
|
3,750,000.00
|
1,600,500.00
|
2.34
|
3.2
|
44
|
United States
|
2.71
|
—
|
2.71
|
14.3
|
11
|
Venezuela
|
3,700.00
|
1,598.00
|
2.32
|
2.1
|
66
|
Euro area
|
2.71
|
0.91
|
2.98
|
9.59
|
19
|
SOURCES: The Economist,
April 26, 2003; and authors' calculations
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa harga Big Mac di berbagai negara pada bulan April 2003. Pada kolom pertama menyajikan daftar harga dalam mata uang lokal. Serta
kolom kedua adalah nilai tukar mata uang local terhadap US dollars yang sebagai
harga patokan. Dengan membagi harga lokal dengan nilai tukar pada kolom kedua menghasilkan
harga dalam US
dollar, yang ditampilkan dalam kolom ketiga. Pada
kolom ketiga tersebut dapat langsung dibandingkan harga dolar dari
masing-masing negara yang menunjukkan disparitas yang luas, di Cina, Malaysia, Filipina, Rusia dan Thailand dinilai
lebih murah harga big mac, sedangkan di Denmark,
Swedia dan Swiss dinilai harga big mac terlalu tinggi. Dari perbedaan
harga tersebut melanggar prinsip PPP, yang menunjukkan bahwa harga big mac harus
selalu sama dimana-mana setelah dinilai pada mata uang yang sama.
Tabel tersebut juga memperlihatkan keterkaitannya harga Big Mac dengan upah
tenaga kerja. Pada kolom keempat tabel tersebut menunjukkan upah bersih rata-rata. Dapat
diterangkan bahwa apabila harga big mac pada suatu negara tersebut rendah, maka
rata-rata upah pada negara tersebut juga rendah. Sedangkan apabila harga big
mac tersebut tinggi pada suatu negara, maka tinggi pula rata-rata upahnya. Hubungan ini juga terungkap dalam kolom akhir tabel, yang menggunakan data
upah untuk menghitung jumlah menit kerja yang dibutuhkan untuk membeli Big Mac.
Bahkan,
di negara-negara dengan harga yang relatif tinggi, waktu kerja yang dibutuhkan
untuk membeli Big Mac ternyata relatif rendah. Sebagian
besar perbedaan antara harga Big Mac di negara yang berbeda dijelaskan oleh
perbedaan upah dan pendapatan.
Untuk menentukan sebuah mata uang
tersebut dinilai undervalued ataukah overvalued maka akan dicontohkan pada
perhitungan dibawah ini:
-
Harga big mac di US adalah $2.71
-
Harga big mac di Indonesia adalah Rp.16.100
-
Berarti apabila dibandingkan adalah Rp.16.100/$2.71 = Rp. 5940/$
-
Presentasenya adalah {(Rp.5940/$ -
Rp.8740/$)/ Rp.8740/$)} = -32 %
Jadi dapat
disimpulkan bahwa menurut indeks big mac, harga rupiah tersebut terlalu rendah
sebesar 32% terhadap US dollars. Nilai tukar rupiah terhadap USD menurut indeks
ini seharusnya Rp.5940 sedangkan pada kenyataannya nilai kursnya adalah
Rp.8740. Maka penggunaan indeks big mac ini pada posisi undervalued karena
menilai lebih rendah dibandingkan kurs riilnya.
Penggunaan indeks big mac ini pada
awalnya digunakan untuk memudahkan kita untuk belajar tentang dasar-dasar dari
Purchasing Power Parity. Pada perkembangannya indeks big mac ini dapat
menjadikan pedoman untuk penilaian mata uang international.
Referensi:
-
http://www.stlouisfed.org/publications/re/articles/?id=400
-
http://mono-zine.com/Mono.%20issue%209.html
“FUN-CONOMICS: The ‘Big Mac’ Index